ANALISIS STRUKTURAL NOVEL
Jangan
Main-main dengan Alat (kelaminmu)
karya Djenar Maesya Ayu
karya Djenar Maesya Ayu
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sastra adalah karya yang memiliki berbagai ciri keunggulan
seperti keorisinilan, keartistikan, kehidupan dalam isi dan ungkapannya
(Sudjiman, 1990: 17). Karya sastra biasanya menampilkan suatu gambaran
kehidupan yang berdasarkan fakta sosial dan kultural, karya sastra pada
dasarnya bukan hanya sebagai hasil tiruan realitas kehidupan tetapi merupakan
penafsiranpenafsiran terhadap realitas yang terjadi di masyarakat (Esten, 1989:
8).
Penelitian terhadap karya sastra penting dilakukan untuk
mengetahui relevansi karya sastra dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
Nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat pada dasarnya mencerminkan
realitas sosial dan memberikan pengaruh terhadap masyarakat oleh karena itu,
karya sastra dapat dijadikan medium untuk mengetahui realitas sosial yang
diolah secara kreatif oleh pengarang.
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang menyajikan
cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata, yang mempunyai unsur
intrinsik dan ekstrensik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan
manusia bermacam-macam masalah dalam interaksinya dengan lingkungan dan
sesamanya. Seorang pengarang berusaha semaksimal mungkin mengarahkan pembaca
kepada gambaran-gambaran realita kehidupan lewat cerita yang ada dalam novel
tersebut.
1.2 Tujuan
. Tujuan di buat makalah ini adalah sebagai salah satu tugas
ujian tengah semester mata kuliah Telaah Novel. Mahasiswa dapat mengetahui
analisis novel Jangan main-main(dengan
kelaminmu) dengan menggunakan pendekatan struktural. Mahasiswa dapat
mengetahui unsur intrisik dan ekstrinsik Jangan
main-main(dengan kelaminmu)
BAB II
Pembahasan
2.1.
Landasan Teori
Pendekatan
Struktural
Struktur berasal dari kata structura (bahasa latin) yang
berarti bentuk atau bangunan. Srtukturalisme berarti paham mengenai unsurunsur
yaitu srtuktur itu sendiri dengan mekanisme antar hubungannya, hubungan unsur
yang satu dengan yang lainnya, dan hubungan antar unsur dengan totalitasnya.
Strukturalisme sering digunakan oleh peneliti untuk menganalisis seluruh karya
sastra, dimana kita harus memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam karya
sastra tersebut. Stuktur yang membangun sebuah karya sastra sebagai unsur
estetika dalam dunia karya sastra antara lain: alur, penokohan, sudut pandang,
gaya bahasa, tema dan amanat (Ratna, 2004 : 19-94). Pradopo dkk (dalam Jabrohim
& Wulandari, 2001: 54) menjelaskan bahwa suatu konsep dasar yang menjadi
ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa didalam dirinya sendiri
karya sastra merupakan suatu stuktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai
suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunannya yang saling
berjalin. Stanton (1965 : 12) mengemukakan bahwa unsur-unsur pengembangan itu
terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Tema adalah makna sebuah
cerita yang khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang
sederhana. Fakta cerita yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar, sedangkan
sarana sastra biasanya terdiri sudut pandang, sudut pandang gaya bahasa dan
suasana, simbol-simbol, imajinasi, dan cara-cara pemilihan judul di dalam karya
sastra. Sarana sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna
karya sastra itu dapat dipahami dengan jelas. Dalam pendekatan struktural,
karya sastra baik fiksi maupun puisi adalah sebuah totalitas yang dibangun
secara kohernsif oleh berbagai unsur pembentuknya (Abrams dalam Pradopo, 1995,
78). Analisis stuktur dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengkaji,
mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik, fisik yang
bersangkutan (Nurgiantoro, 2000 : 37). Analisis stuktural.
Tema merupakan ide dasar yang bertindak sebagai titik tolak
keberangkatan pengarang dalam menyusun sebuah dalam cerita. Jadi, sebelum menulis
cerita, seorang pengarang harus sudah menyiapkan tema terlebih dahul. Oleh
karena itu penyikapan terhadap eksistensi tema akan bertolak belakang antara
pengarang dan pembaca. Pengarang harus menentukan temanya terlebih dahulu,
sebelum menulis ceritanya. Adapun bagi pembaca, tema itu akan dapat dipahami
jika pembaca itu telah membaca keseluruhan cerita dan menyimpulkannya. Seperti
halnya tema, setelah membaca keseluruhan cerita, pembaca akan menemukan pesan
yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Bagi pembaca, tema dan pesan itu
baru akan benar- benar jelas jika pembaca tersebut telah memahami unsure-
unsure yang membangun sebuah cerita yang dibacanya. Unsure- unsure tersebut
adalah latar, alur, sudut pandang, dan penokohan. Latar atau Setting dalam
prosa fiksi merupakan tempat, waktu dan penokohan. Alam / cuaca terjadinya
suatu pristiwa. Hal ini perlu dimunculkan dalam sebuah cerita karena pada
dasarnya setiap perbuatan atau aktivitas manusia akan terjadi pada
tempat, waktu, dan keadaan tertentu pula. Peristiwa dalam kehidupan manusia
mungkin akan terjadi di pasar, taman, rumash sakit, angkasa, dalam laut, dan
sebagainya; pada saat malam hati, sore hari, akhir tahuhn, seperempat abad yang
lalu, dan sebagainya. Dengan lukisan tempat, waktu, dan situasi, jelas akan
membuat cerita itu tampak lebih hidup dan logis. Namun, sesungguhnya secara
lebih jauh, latar diciptakan untuk membangun suasana tertentu yang dapat
menggerakan perasaan dan emosi pembaca ( untuk menciptakan mood atau suasana
batin pembaca). Alur atau plot adalah struktur penceritaan dalam prosa
fiksi yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun
berdasarkan hokum sebab- akibat( kausalitas) dan logis. Alur terbentuk
oleh tahapan emosional dan suasana dalam cerita. Tahapan perumitan , tahap
puncak (klimaks), tahap peleraian, dan tahap akhir.
2.2
sinopsis
Dalam
novel ini pembaca disuguhkan cerita tentang konflik batin antara suami dan
istri yang sudah bosan menjalani kehidupan rumah tangganya karena istri sudah
berubah tidak sesegar dulu lagi, sehingga suami merasa jenuh dalam keadaan
tersebut, akhirnya suami pun berselingkuh dengan perempuan lain. Padahal Istri
sudah berupaya untuk tetap merawat kebugarannya dengan melakukan senam dan fitness. Pada akhir cerita ini suami
ditinggalkan oleh Istri dan Selingkuhannya.
“sudah saatnya saya bertindak tegas. Tidak
seperti dirinya yang hanya dapat bergumam, saya akan menentukan dan memilih
kebahagiaan saya sendiri (hal.12)
“sudah saatnya saya bertindak tegas.
Saya berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri (hal.12)
“Saya hanya main-main, Ma… saya cinta kamu. Beri kesempatan saya untuk
memperbaiki kesalahan saya.”
“Saya sering katakana,
jangan main api nanti terbakar.”
“Saya tidak main-main. I’m leaving you…”
“Saya tidak main-main. I’m leaving you…”
Ini
tidak main-main!
Jakarta,
8 Desember 2002, 8:52:47
2.3
Analisis Novel
Dalam cerpen yang berjudul Jangan
Main-Main (Dengan Kelaminmu). pengarang menyuguhkan satu cerita tentang
perselingkuhan suami. Itu memang hal yang biasa, namun pengarang menyajikan
dengan sangat unik melaui berbagai macam sudut pandang. Sehingga pembaca bisa
menjadi seseorang yang berbeda didalam satu cerita dan merasakan apa yang para
tokoh yang semuanya dijadikan sudut pandang pengarang. Perselingkuhan memang
hal yang sangat menyakitkan, namun setelah membaca cerpen tersebut, kita tahu
alasan mengapa adanya perselingkuhan. Entah itu karena “penyakit” yang sudah
menjadi kebiasaan atau pun karena sang istri tidak bisa menjaga penampilannya
agar suami merasa nyaman.
Awalnya memang urusan kelamin,
ketika pada suatu hari ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging,
sebangkol lemak, gulungan kerut merut hingga suara kaleng rombeng. Saya sudah
terbiasa mendengar keluhan suami-suami tentang istri-istri mereka. Saya juga
tahu, mereka senang, sayang sampai cinta pada saya, awal mulanya pasti urusan
fisik, urusan mata, urusan syahwat, mana mungkin bertemu langsung sayang, pasti
senang dulu, dan senang itu bukan urusan
perasaan tapi pemandangan bukan? Sebenarnya, saya tidak terlalu nyaman
mendengar keluhanya itu. Saya toh sorang perempuan yang suatu saat akan menjadi
istri, yang berlemak, berkerut-merut dan cerewet seperti kaleng rombeng, yang
suatu saat nanti mungkin akan dicampakan dan dilupakan seperti istrinya
sekarang. Tapi sekarang ya sekarang, nanti ya nanti. Saya cantik, ia
mapan. Saya butuh uang, ia butuh kesenangan. Serasi, bukan? Namun begitu, saya
sering menasehatinya supaya tidak teralalu kejam begitu pada istri. Sekali-sekali,
tak ada salahnya member istri sentuhan dan kepuasan. Bukannya sok pahlawan.
Bukannya saya sok bermoral. Bukannya saya membela perempuan. Tapi saya memang
tak ada beban. Target saya hanya kawin urat, bukan kawin surat. Tapi ia kerap
menjawab, “kalau saya saja jengah bertemu, apalagi kelamin saya?” Hal
6
Tokoh- tokoh yang terdapat pada novel ini yaitu
1.
Suami (diceritakan pada paragraf
pertama)
2.
Sahabat
suami (diceritakan pada setiap
paragraf kedua)
3.
Pacar sang suami /selingkuhan
(diceritakan pada setiap paragraf ketiga)
4.
Istri (diceritakan pada paragraf
keempat)
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju.
a.
Latar tempat
·
Tempat
tidur. Latar tempat ini diceritakan pada awal cerita. Hal tersebut terlihat
dari pernyataan dibawah ini: ” Ketika pada suatu hari saya terbangun dan terperanjat di sisi seonggok
daging tak segar dipenuhi gajih yang tak
akan mudah hilang
“. (hal. 3).
·
Dijalan,
dikantor, dirumah Seperti pada kutipan di bawah ini:”
Sebentar kemudian saya akan terjebak
kemacetan, bertemu klien yang menyebalkan, dan karyawan yang tak berhenti minta
tanda tangan, rutinitas yang membosankan. Anehnya, sejak hari itu, saya lebih
memilih lekas-lekas berada ditengah-tengah kemacetan dan segudang rutinitas
yang membosankan itu ketimbang lebih lama di rumah”. (hal.5).
b. Latar Suasana
·
Kecewa
“Ketika pada suatu hari saya terbangun
dan terperanjat di sisi seonggok daging tak segar dipenuhi gajih yang tak akan
mudah hilang dengan latihan senam maupun fitness (hal.3)
·
Sedih
”Mungkin saya sudah terlalu merendahkan
diri saya sendiri dengan membiarkannya
menginjak-injak harga diri saya selama pernikahan kami.” (hal.12)
·
.Senang
“Saya butuh uang, ia butuh kesenangan.
Serasi, bukan.” (hal. 6).
·
Gelisah“Saya heran.
kehamilan saya sepertinya tidak juga membuatnya bahagia .” (hal.12)
Sudut pandang dalam novel ini terdiri dari empat orang
dengan sudut pandangnya masing-masing ( Suami,Sahabat suami ,
Wanita simpanan dan Istri).
Sudut pandang orang pertama, ( Suami
dan istri)
Sudut pandang orang ketiga, (Sahabat
suami dan Pacar sang suami
/selingkuhan)
Tema
Djenar menyajikan
sebuah dunia yang dipenuhi karakter manusia yang terluka, oleh norma
masyarakat, dan pengkhianatan.
Amanat yang terkandung adalah
·
Hati-hatilah dalam bermain dengan
kelamin! kalau tidak ingin mengatakan jangan main-main dengan kelamin!
·
suatu
pelajaran hidup bahwa jika kita mencintai seseorang jangan melihat dari fisik,
karena keindahan fisik akan berubah.
·
Sebagai
seorang istri haruslah pintar-pintar merawat diri agar suami betah dirumah dan tidak selingkuh
Unsur Ekstrinsik Di dalam novel selain memiliki unsur
intrinsik juga memiliki unsur ekstrinsik seperti unsur ekstrinsik dalam
analisis novel ”Jangan main-main (dengan kelaminmu)” di bawah ini:
1. Nilai Sosial Nilai sosial merupakan hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat, dan nilai social berhubungan dengan cara
seseorang berintrinsik dan bersosialisasi., seperti yang ada dalam kutipan di
bawah ini:” Peselingkuhan di masyarakat umum merupakan hal yang sangat
sensitive dan merupakan norma sosial yang dilarang namun bila diamati diam-diam
kita sudah terbiasa oleh wacana perselingkuhan.
2. Nilai Agama
Perselingkuhan menurut Islam merupakan perbuatan yang sangat
tercela berikut dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Quran
“Dan janganlah kamu
mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
(fahisyah) dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’: 32).
Allah S.W.T berfirman, “Perempuan
yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang
jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk
perempuan yang baik.” (an-Nur':26).
BAB III
Penutup
3.1 Simpulan
Dalam cerpen yang berjudul Jangan Main-Main
(Dengan Kelaminmu). pengarang menyuguhkan satu cerita tentang
perselingkuhan suami. Itu memang hal yang biasa, namun pengarang menyajikan
dengan sangat unik melaui berbagai macam sudut pandang. Sehingga pembaca bisa
menjadi seseorang yang berbeda didalam satu cerita dan merasakan apa yang para
tokoh yang semuanya dijadikan sudut pandang pengarang. Perselingkuhan memang
hal yang sangat menyakitkan, namun setelah membaca cerpen tersebut, kita tahu
alasan mengapa adanya perselingkuhan. Entah itu karena “penyakit” yang sudah menjadi
kebiasaan atau pun karena sang istri tidak bisa menjaga penampilannya agar
suami merasa nyaman. Dalam cerita novel ini terdapat latar yang beragam,
seperti di tempat tidur, di jalan, di kantor, di rumah dan lain-lain. Tetapi
ada satu latar yang sering dipakai dalam cerita novel ini yaitu di rumah.
Adapun alur yang dipakai pengarang yaitu alur maju, karena meski dalam paragraf
diulang-ulang pada pengisahan sudut pandangnya cerita novel ini disajikan secara
berurutan dari tahap perkenalan saya,
dilanjutkan tahap penampilan masalah, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian
sudut pandang dalan novel jangan
main-main (dengan kelaminmu) ini tokoh saya
mengakhirinya. Dan bahasa yang dipakai oleh pengarang menggunakan bahasa
yang pulgar dan terkesan jorok namun tidak mengurangi keindahan makna
didalamnya. Selain unsure-unsur intrinsic, di dalam novel ini pun terdapat
unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berupa nilai-nilai yang
berhubungan dengan moral, sosial, agama, sejarah dan pendidikan. Dalam novel
ini hanya dipaparkan dua nilai yaitu nilai sosial dan nilai agama.
3.2
. Kritik dan Saran
Dapat disarankan agar
tidak menggunakan cerpen dengan
jenis ini sebagai bahan pengembangan pengajaran karya sastra di sekolah. Jika
dilihat dari segi nilai dan moral Kumpulan Cerpen Jangan Main- Main (dengan
Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu
ini lebih bersifat sebagai karya sastra yang pornografi.
dari segi peminat novel ini banyak disukai
mulai dari kalangan anak – anak hingga dewasa. Saran Sebaiknya penulis dapat
lebih mengangkat kebudayaan yang ada di Indonesia agar bisa terlihat oleh dunia
luas bahwa Indonesia mempunyai kebudayaan yang bagus untuk di terapkan
pada
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Maesa Djenar. 2008. Jangan main-main (dengan kelaminmu). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Cahyawati,rosia ria.
“Analisis Novel” http://rosya-cahya.blogspot.com/2011/02/analisis-novel
diakses 11 November 2011
Artikel non-personal, http://kipsaint.com/isi/seks-dan-karya-sastraa
Artikel
non-personal http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/76